Kenapa? Bingung yah sama judul nya?
Sama gue juga hahaha, *back to topic. Yak ayam menuntut kami dewasa. Akhir
tahun lalu gue dan temen-temen kampus terlibat dalam sebuah acara yaitu kontes
ayam Serama dan Ketawa. Kita tergabung dalam satu EO , EDU Production. Satu
bulan kami mempersiapkan semuanya, memang bukan waktu yang lama namun kita
berusaha semampu kita. Dengan segala keseriusan dan juga kegundahan akan
takutnya acara kali ini gagal. dimulailah kontes ayam serama dan ketawa kali
itu.
Dengan segala kerumitan dan
segambreng masalah yang ada selesai lah acara ini. gue ngga bilang kalo acara
ini sukses. gue maklum , ini acara pertama kita, wajar kalo banyak
ketidaksempurnaan. Hari H telah berlalu namun beban dan masalah yang harus kita
tanggung belum berlalu, berbagai masalah menghadang, banyak pihak yang ngga
perlu gue sebutkan menagih uang yang belum lunas terbayarkan. Sungguh kami
sebagai panitia yang hampir semua mahasiswa kelimpungan. kami punya seorang
bos, dia seorang bapak, pengusaha, dan perhatian menurut kami, namun setelah
kami sadar dan berunding dia ternyata lepas tangan setelah acara ini berakhir,
hutang-hutang yang belum terlunaskan dibebankan kepada kami sebagai mahasiswa,
ya gue sadar, walapun kami mahasiswa tapi kami tergabung dalam suatu organisasi
di mana harus tetap bersama menyelesaikan masalah ini, bukan terus kabur, mana
sosok yang sangat kami hargain sebelumnya, mana penasihat kami, mana mana dan
mana….
Padahal dia yang berhubungan dengan
orang-orang yang uangnya belum terlunaskan, dia yang meng deal kan segala
sesuatu terkait dengan peralatan dan perlengkapan acara kala itu, dia yang
menyanggupi segala sesuatunya, dia yang selalu menenang-nenangi kami saat kami
kebingungan dan ketakutan jika acara ini tidak berlangsung seperti yang
diharapkan, dia yang selalu mengiming-imingi kami dengan segala keuntungan ini,
dia yang selalu bilang “gampang” pada kami, dia yang selalu bilang “tenang aja,
itu nanti urusan saya”, dia yang sudah kami anggap sebagai bos sekaligus bapak
kami sendiri nyatanya malah membuat kami semua kecewa. Bapak yang menjadi
panutan kami , ah ternyataaaa …
Yah. Jadilah hutang itu ditanggung
panitia sekarang terutama untuk ketua dan teman-teman yang masih sangat peduli
dan ikut membantu. Segala cara dilakukan, namun lagi-lagi kami hanyalah seorang
mahasiswa yang uang saja harus minta dulu sama orangtua, dengan segala
keterbatasan temen-temen, melewati hari-hari tersulit dengan tetap tersenyum.
Jujur gue bangga banget punya temen kaya kalian yang terus berjuang dan tidak
menyerah begitu saja. Ya, walaupun hanya sebagian kecil, hanya beberapa orang
saja yang peduli, yang lainnya? Entah kemana, malah masih ada yang
sempat-sempatnya memikirkan gaji mereka. Hey , sadar ngga? Kita itu masih punya
masalah tapi kalian seenaknya meminta gaji, gue tau itu hak kalian tapi bisakah
sedikit aja respect sama masalah ini? Peduli sedikit ajaa, ah yasudahlah
namanya manusiaa, lagi-lagi lagi diuji kesabarannya
Ayam menuntut kami dewasa . ya
kalimat itu cocok kayanya buat menggambarkan masalah ini. Kamu tau? Dulu
sebelum ada acara ayam ini kami mahasiswa yang bebas, kegembiraan, kesenangan,
kegilaan, kami lakukan hampir setiap saat bersama. Khususnya buat temen-temen
deket gue yang hampir setiap saat melakukan itu bersama, tanpa beban, tanpa
harus memikirkan ini itu, gembira, tertawa lepas. Namun setelah acara ini kami
berubah, kedewasaan lah yang dituntut saat ini, kami harus menjadi lebih dewasa
dalam menghadapi masalah ini. Dan satu lagi, dengan adanya acara ini, kami jadi
tahu, mana yang serius dan mana yang tidak, mana yang pekerja keras mana tidak,
mana yang jujur mana yang bohong, dan mana yang
hanya sekedar “teman” dan mana yang benar-benar teman yang ada disaat
kapanpun kami butuh,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar